Ada masa ketika jalur utama Periuk menuju Karawaci terasa sangat padat setiap pulang kerja. Karena itu, saya mulai mencoba jalur alternatif—gang-gang kecil dan beberapa jalan samping yang lebih sepi. Walaupun lebih sempit, jalur ini punya nuansa lokal yang lebih hidup: banyak warung, bengkel kecil, dan anak-anak bermain di sisi jalan. Di salah satu jalur alternatif itu, saya sering melewati bagian belakang area Honda Periuk . Lampunya biasanya sudah mulai redup karena hari mendekati senja. Adegan ini selalu memberikan kesan transisi antara aktivitas siang dan malam. Jalanan pun berubah ritmenya—lebih cepat di beberapa titik, lebih lambat di titik lain. Yang menarik dari rute alternatif adalah lingkungan yang terasa lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari warga sekitar. Saya sering melihat pedagang yang sedang menutup lapak, suara wajan terakhir sebelum warung tutup, atau pekerja yang baru pulang. Semua membuat perjalanan terasa lebih manusiawi dan tidak sekadar “pindah lokasi.” Kad...